Road race Semarang bertajuk The Battle Kratidaeng GM di sirkuit Tawang Mas sudah kelar (30/11) dan Irvan Chupenk berhasil keluar sebagai juara umum. Pebalap Jawa Barat ini berhak atas sebuah sepeda motor matic sebagai ganjarannya. Seri final diikuti 229 stater, ini tergolong sedikit dibanding seri sebelumnya di tempat yang sama.
Uang pendaftaran yang cukup mahal menjadi salah satu pemicu mengapa peserta menyusut. Banyak peserta mengeluhkan uang pendaftaran. Bambang AJS dari Kudus salah satu yang keberatan dengan uang pendaftaran Rp 500.000. Menurut pria berkumis ini idealnya Rp 350.000. Nominal segitu pasti terjangkau buat tim tim kecil yang memang niat balap.
“Saya ndaftarin anak saya ikut balap, menurut saya cukup mahal lah uang segitu. Jadinya ya ikut satu kelas saja, udah mahal kalau telat ndaftar kena denda lagi,” kata Bambang AJS pada enginesport.co.
Nada sama terlontar dari mulut Roby asal kota purworejo yang kerja di Honda Simple Concept. Lama lama balap akan sepi lagi kalau uang pendaftaran event lokalan saja mahal. Tahun ini maraknya balap di jateng yang dipicu oleh kebijakan Lilik Kusnandar dari IMI memang manjur. Yaitu mewajibkan promotor menggelar road race setelah bikin event dragbike 3 kali.
“Lha bisa sepi lho kalau uang pendaftaran mahal, lagian kan ini event lokalan bukan kejurnas,” ujar Roby.
Adi AW pebalap senior dari Jogja ikutan mengkritik uang pendaftaran yang cukup mahal. Manajer tim dari Papua ini menurunkan 3 pebalap pemula. Sebetulnya buat menambah jam terbang pebalapnya pengin nambah kelas lagi tetapi nggak jadi lantaran uang pendaftaran cukup mahal.
“Tadinya mau ikut kelas lain tapi mahal dan kena denda makanya saya batalin aja. Kalau motoprix levelnya ya pantas lah mahal karena eevent motoprix ada gengsinya. Tapi kalau lokalan? Alangkah baiknya ada standarisasi uang pendaftaran kalau event event lokalan,” Kata Adi AW. Setuju bos!. Unang
Leave a Reply